Spontan ada memori yang hadir melintas kembali ketika mendapati sebuah berkas dlm amplop besar berwarna coklat diantara tumpukan buku2 eks taman bacaan arjuna yang sedang ditata ulang pasca kepindahan base camp dari jl arjuna ke sekretariat yayasan di tempeh.
Dalam amplop coklat itu terdapat selembar surat tanda apresiasi atas keikutsertaan semeru creative sebagai satu-satunya stand yg menampilkan produk kopi semeru pada sebuah event yg dihelat pemkab di KWT th 2012 silam.
Awalnya eksistensi kopi semeru dan kopi lumajang pada umumnya masihlah diragukan bahkan bisa dibilang tenggelam diantara popularitas kopi amtirdam -ampelgading-tirtoyudo-dampit (baca : amsterdam) dan inovasi produk kopi yang dikembangkan oleh ptpn12 ditambah lagi semakin banyaknya kompetiter pabrikan dengan penetrasi pasar yang besar dan standarisasi mutu yang diberlakukan.
Situasi tersebut bisa dibilang merupakan titik nol dimana semeru creative bersama jaringan petani lereng semeru atas support para pihak mulai menerapkan praktek budidaya yang lebih baik mulai dari petik merah, sortasi, grading s.d pemrosesan biji kopi dan pengemasan.
Isu organik yang sedang booming punya andil dalam menghadirkan pasar kopi yang lebih berkualitas dimana pembudidaya kopi pada akhirnya menemukan harapan baru untuk bisa naik kelas.
Seiring harapan itulah kopi semeru mulai aktif mengikuti event dan kontes salah satunya mengikuti kontes kopi specialty “The 3th Indonesian Specialty Coffee Contest 2010” yang digelar oleh ICCRI di Bali dan berhasil menjadi juara kedua untuk jenis kopi robusta.
Sejak itulah beberapa media meliput & mengabarkan dan kopi semeru mulai “dilirik” sehingga th 2011 di event tingkat jawa timur kopi semeru dipercaya mewakili pemkab Lumajang dan menjadi juara 1 lomba cita rasa kopi bubuk robusta.
Kembali ke soal amplop coklat tadi, bukan sekedar selembar ucapan terimakasih melainkan isyarat kuat adanya espektasi dan perhatian terhadap perkembangan kopi di bumi semeru di masa yg akan datang.
Harapan orang nomer satu di lumajang kala itu sederhana agar lumajang tidak hanya dikenal orang sebagai kota pisang.
Harus lahir primadona-primadona baru dari lereng semeru dan salah satu potensi unggulan yang bisa diikhtiarkan adalah kopi. Pak Bupati tak ketinggalan ikut nyeruput kopi semeru yang disajikan secara spesial pagi itu.
Melihat besarnya atensi & support Pak Bupati kala itu tidaklah berlebihan jika Allahuyarham akan selalu dikenang juga sebagai sosok bupati pecinta kopi.
Sekarang buah dari proses panjang itu mulai terlihat. Festival kopi lereng semeru (kolesem) sudah menjadi agenda rutin tahunan pemkab belum lagi event nyeruput kopi yang beberapa waktu lalu sukses digelar sebanyak 1.255 cangkir sesuai tahun kelahiran lumajang.
Dengan keberpihakan pemangku kebijakan terhadap peluang dan potensi yang ada akan lebih mudah mewujudkan harapan baru untuk menjadikan Lumajang sebagai destinasi bagi para pecinta alam dan penikmat kopi…Wallahua’lam
#UntukSebuahNama #PhotoStory #MataAirLerengSemeru
Baca juga Posting :
“Pengembara Tionghoa Perancang Bangunan Bersejarah Di Tanah Madura”, https://t.co/HWdvx9hHRk